DOA YANG KULANGITKAN
(‘tuk sebuah cita)
duduk bersandar di rusbang
di pendapa balai kambang di belakang rumah
dengan seperangkat gamelan
dan sejuk semilir angin yang mengelus ngelus rasa
adalah doa yang selalu kulangitkan
bila kusampai hari tua nanti
sesekali akan kudongengkan cerita
atau nasehat lewat tembang randa nunut
senggot, eling eling, ricik ricik atau yang lainnya
agar pohon tak cerabut akarnya
dan air bumi terus menyusup sampai ke dedaun
bunganya mekar tebarkan wangi
ikan emas yang kilatkan warna kekuningan
ikut menari riakan air goyankan tetumbuhan
moga bukan angan
kelak jadi kasunyatan
Brebes, 2017
BILA SAAT TIBA
(‘tuk kita)
bagai dedaun tertiup angin
luruh ke bumi
tak peduli musim kemarau
atau di penghujan yang begitu luap
bila saat itu tiba
yang ijoroyopun
bisa lepas dari reranting
dan sebenarnya kita tengah
berada di sebuah stasiun
yang tiket dan waktu pemberangkatannya
tak pernah kita tahu
menunggu giliran
datangnya kereta penantian
menuju ke persidangan
yang baik belum tentu baik
apalagi yang jahat
yang benar belum tentu benar
apalagi yang salah
Lillahi Ta’ala
brebes, nop 2019