Siapa bilang reuni selalu menimbulkan ketidak baikkan?
Reuni, satu kata yang seringkali kita dengar di sekeliling kita. Apalagi saat lebaran atau hari Idulfitri tiba atau di akhir tahun bahkan awal tahun. Banyak di antara kita melakukan pertemuan-pertemuan yang dibungkus dalam satu kegiatan sekumpulan, komunitas dan tentu yang paling sering adalah kelulusan sekolah bahkan kuliah.
Beberapa diantaranya menjadikan pertemuan yang seringkali kita sebut sebagai reuni. Mempertemukan kembali sekawanan yang sudah lama berpencar. Reuni bisa menjadi ajang bertemu sekaligus melepas rasa kangen. Maka, tak jarang ada sedikit orang yang tidak terlalu suka dengan kegiatan seperti reuni. Sebab, bagi sebagian yang sedikit itu berpendapat bahwa reuni lebih banyak digunakan sekadar untuk memamerkan ataupun mempertontonkan sebuah keberhasilan. Meski, bagi sebagian orang tentu juga punya pendapat lain.
“Prinsipnya, reuni itu sekadar bertemu dan sendagurau tanpa embel-embel apapun,” ujar Rio saat ditanya di sela-sela reuni yang sedang dia ikuti. Baginya, bertemu dengan teman seangkatan saat sekolah dulu menjadi bagian cerita indahnya. Meski dia bukan yang tergolong sukses sekali tetapi dia terlihat tetap bisa menikmati suasana reuni itu.
Ya, tak jarang memang sebuah “reuni” jika para pengisinya tak mampu menempatkan diri dan bahkan menghidupkan suasana maka yang tercipta hanya suasana semu belaka.
Bagi sebagian mereka reuni juga diharapkan mampu membuka kesempatan ataupun memberikan kesempatan bagi teman-teman yang mungkin saja masih kurang beruntung. Walau menurut pengamatan, hal seperti ini sangat jarang terjadi.
Namun, setidaknya berkumpulnya kembali bersama teman-teman lama dengan tetap saling menjaga, maka reuni pasti menjadi sesuatu yang asyik. Tanpa juga menimbulkan CLBK, Cinta Lama Bersemi Kembali. Hal ini sangat sering diperbincangkan se selesainya acara. Walaupun dalam konteks guyon atau canda belaka tetapi tentu menjadi bahaya saat rasa sudah tak kuasa.
Reuni asik, tanpa bisik-bisik Reuni sehat pasti membawa manfaat.-(hp)